“Ayo dong Ma, kapan Mama mo mulai pakai..??” Lulu merajuk Mama lagi. Mama hanya tersenyum simpul melihat tingkah anak semata wayangnya. Ini bukan kali pertama ia merayu Mama. Sudah berkali-kali ia berusaha merayu Mama untuk mewujudkan keinginannya ini. “Ayo Ma, nanti Lulu yang belikan deh..” kalimat rayuan inilah yang pertama ia ucapkan sekitar tiga bulan yang lalu. Lain waktu ia mulai merayu dengan cara yang lain, “Ma, pasti Mama kelihatan cantik banget deh kalo pakai yang warna putih ini”. Biasanya Mama hanya tersenyum menjawab rayuannya. Pernah sekali Mama menjawab dengan lembut, “Iya sayangku, nanti Mama pasti pakai, tunggu hidayah Allah ya..”
Walaupun kadang bingung menjawab rayuan anak semata wayangnya, namun Mama bahagia melihat perubahan diri Lulu. Lulu adalah anak yang periang dan supel. Sejak dulu ia memiliki banyak teman. Saking banyaknya, Mama sempat kawatir dengan pergaulan Lulu saat menginjak usia SMA. Sejenak Mama kembali mengenang masa-masa dimana Lulu masih suka menggelayut manja dipangkuannya dulu. Lulu kecil adalah anak yang baik dan patuh pada orang tuanya. Ia adalah anak yang selalu membanggakan orang tuanya dengan prestasi-prestasi yang selalu diukirnya. Bakatnya yang luar biasa di bidang seni dan olahraga tidak membuat prestasi akademisnya menjadi buruk. Ketiganya berjalan seimbang dengan hasil yang membanggakan. Kelas 1 SD, ia berhasil meraih juara pertama tingkat kabupaten dalam lomba menyanyi antar SD. Kelas 3 SD, giliran lomba lukis yang diikutinya menempatkannya menjadi juara tingkat propinsi. Saat SMP bahkan ia pernah menjadi juara 3 tingkat nasional dalam kejuaraan Taekwondo. Prestasi akademisnya pun sangat membanggakan. Dari kelas 1 SD sampai kelas 3 SMP ia selalu meraih rangking 1, hanya sekali ia menjadi rangking 2 saat kelas 1 SMP, itu juga karena ia pernah menderita sakit yang agak berat. Prestasi akademis diluar sekolah juga tidak mengecewakan. Ia pernah membuat bangga Mama saat dikirim pertukaran pelajar ke Australia saat awal-awal di SMA.
Saat-saat berat memang pernah dirasakan Mama ketika Lulu mulai masuk SMA. Lulu harus tinggal di Jakarta, sehingga jauh dari kontrol orang tua. Tekadnya sangat kuat untuk melanjutkan sekolah di SMA favorit di Jakarta. Cita-citanya tercapai dan ia harus meninggalkan orang tua untuk menetap di Jakarta. Namun kurangnya kontrol orang tua ini mempengaruhi pergaulan Lulu juga. Mama sering gelisah saat dikabari Lulu baru sampai tempat kost nya jam 1 malam setelah main bersama teman-temannya. Atau saat dikabari tentang temannya yang dikeluarkan dari sekolah karena kedapatan membawa obat-obatan terlarang ke sekolah. Prestasi akademisnya pun mulai menurun setelah sepulangnya dari Australia. Ia tidak pernah menunjukkan nilai-nilai akademis yang bagus lagi. Apalagi saat itulah masa-masa pubernya mulai tampak. ”Udah Ma, nggak usah kawatir, Lulu udah gede, udah bisa jaga diri kok..” jawabnya saat dulu Mama mengungkapkan kekawatirannya.
Alhamdulillah pelan-pelan kedewasaan Lulu mulai tampak saat ia mulai menginjakkan kaki di bangku kuliah. Di kampus pilihannya, di Bogor, ia mulai menampakkan banyak perubahan yang membuat Mama agak tenang, walaupun kadang-kadang juga membuat Mama bingung menjawab ajakan-ajakannya. ”Ayo Ma, aktif ikut pengajian di Mesjid dong.. Mama kan udah naik haji..”. Belum lagi saat mengomentari penampilan Mama. ”Mama udah naik haji, nggak boleh pake rok yang pendek lagi Ma..”. Dan yang terbaru adalah sudah sejak 6 bulan terakhir ini ia tidak bosan-bosannya mengajak Mama untuk mengenakan jilbab seperti yang baru dikenakannya. ”Lulu memang selalu terlihat manis dengan jilbabnya”, Mama selalu menggumam tentang hal ini setiap melihat anak semata wayangnya. Kegiatannya pun sekarang sangat religius. ”Sekarang Lulu lagi ikut kajian di Masjid Kampus Ma, nanti Lulu telpon lagi ya..” ujar Lulu saat ditelpon Mama.
Sebenarnya bukan tidak ingin, namun karena merasa waktunya belum pas, Mama masih menunda untuk mewujudkan keinginan anak semata wayangnya itu. Mama merasa masih banyak urusan-urusan kantor yang menghambatnya untuk mengenakan jilbab. Namun karena desakan Lulu, akhirnya Mama menjawab untuk menyenangkan Lulu. ”Iya sayang, nanti Mama mulai pakai jilbab saat ulang tahun kamu”. ”Alhamdulillah..” Lulu senang mendengar jawaban Mama, paling tidak sudah ada niat dari Mama walaupun ulang tahunnya masih 7 bulan lagi.
Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu Lulu. Di usianya yang menginjak 19 tahun ia akan memberikan sebuah jilbab putih untuk Mama. Seminggu ini, ia diantar teman-temannya sibuk mencari hadiah untuk Mamanya ini. ”Aku mo yang terbaik untuk Mama”. Berbagai tempat dikunjunginya, dari pasar becek sampai mal-mal elit di kawasan Bogor. ”Ma, aku nggak bisa pulang pas ulang tahun, masih ada satu ujian lagi, Mama sama Papa yang kesini ya..??”. ”Iya nanti Mama kesana, Mama kan janji mau mulai pakai jilbab setelah ulang tahun anak Mama yang cantik”, jawab Mama di telpon beberapa hari yang lalu.
Hari ini benar-benar dipersiapkan sangat baik oleh Lulu. Semua sahabat-sahabatnya sudah berkumpul di rumah kost nya. Berbagai hidangan menghiasi meja rumah kost. Ia sudah tak sabar menanti kedatangan kedua orang tuanya. ”Udah sampai mana Mama kamu Lu..??” tanya teman-temannya. ”Biasa, Mama suka kasih kejutan, ditelpon HP nya nggak diangkat-angkat”, jawab Lulu berusaha menenangkan teman-temannya. Tak lama kemudian tampak sedan hitam memasuki pekarangan rumah kost nya. ”Itu dia Mama..”. Lulu diikuti teman-temanya menghambur keluar, ingin melepaskan rindunya pada Mama. ”Loh Pak Udin sendirian..??”. ”Mana Mama sama Papa..??”. Pak Udin terdiam, supir keluarga Lulu ini berusaha menyembunyikan kesedihan dibalik wajah tuanya.
Hari ini adalah hari spesial bagi Lulu. Hari ini takkan terlupakan sepanjang hidupnya. Jilbab putih yang terbungkus manis kertas kado dan pita merah jambu itu masih tergeletak di atas meja. Jilbab putih itu jadi saksi kegigihannya dalam merayu mama untuk berjilbab. Masih terngiang ditelinganya kata-kata lembut Mama, ”Iya sayang, nanti Mama mulai pakai jilbab saat ulang tahun kamu..” Tak terasa air matanya mulai menetes lagi. ”Ahh.. Mama pasti terlihat cantik pakai jilbab putih itu.. Kenapa begitu cepat..” ”Kenapa harus hari ini Ma..”, bisiknya lirih. ”Kullu nafsin dzaa iqotul mauut..” terngiang kembali kata-kata ustad saat kajian mingguan di masjid kampus kemarin, ”Sesungguhnya setiap yang bernyawa itu pasti akan menemui kematiannya”. ”Dan kita tidak tahu kapan ia akan menemui kita..”
”Jika bisa dilakukan hari ini, mengapa harus menunda kebaikan sampai besok hari..??