Minggu, 26 Desember 2010

SERI GURU IDOLA 5 - Optimis & Pantang Mengeluh

Dalam suatu sessi konsultasi, seorang guru mengeluhkan kondisinya pada saya, ”Pak Catur, saya seorang guru biasa, gaji saya pas-pasan Pak, belum lagi kebutuhan ekonomi yang semakin mencekik, memang kebijakan pemerintah tidak memihak kami guru-guru kecil, mereka hanya mengurusi orang-orang kaya saja, bla bla bla..” ( keluhannya masih panjang dan menurut saya kurang produktif jika semuanya dituliskan disini ). Saya ingin banyak menambah pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan saya dalam mengajar, saya juga tertarik dengan materi-materi tentang teknik-teknik mengajar, tapi dengan kondisi keuangan seperti ini sepertinya tidak mungkin, mungkin saya ditakdirkan untuk tetap seperti ini...”


Saya tersenyum, tidak mungkin saya langsung memberi nasehat yang panjang saat ini, akhirnya saya ajak bercerita, ”Anda pernah mendengar cerita fabel tentang kisah dua ekor katak, Pak..??”. Masih terheran-heran ia menjawab, ”Sepertinya belum pernah Pak, memang bagaimana ceritanya..??”. Saya mulai bersiap untuk bercerita, ”Ceritanya begini” :


Suatu hari dua ekor katak berlompatan dengan riang di sebuah halaman rerumputan pada sebuah peternakan sapi. Tiba-tiba serombongan anak yang sedang bermain berusaha menangkap mereka. "Ayo cepat kita pergi”, kata salah seekor katak itu. "Aku melihat tempat persembunyian yang sulit dijangkau oleh mereka" kata si katak menunjuk arah kandang sapi perah yang ada didalam peternakan. "Ayo cepat" seru si katak pertama.


Kemudian keduanya melompat-lompat tinggi, lebih tinggi, semakin tinggi lompatannya dan sangat tinggi kearah pagar kandang menuju tempat dimana mereka akan bersembunyi. Kemudian "plung" pada lompatan terakhir, keduanya serentak mendarat di sebuah ember yang berisi susu segar dan segera mereka berenang ke tepi ember dan berusaha untuk naik keluar dari ember itu sambil sesekali melompat, tapi tidak berhasil. "Habislah kita kali ini, ember aluminium ini sungguh sangat licin, rasanya tidak mungkin memanjatnya, habislah kita kali ini, kita tak bisa kemana-mana lagi, kita akan mati tenggelam disini" kata katak kedua.


"Teruslah berusaha, teruslah berenang, teruslah mendayung" kata katak pertama, pasti ada cara untuk bisa keluar dari tempat ini, jangan menyerah. Mereka berduapun mendayung dan berenang kesana kemari sambil sesekali melompat berusaha melewati bibir ember. Setelah sekian jam mereka mendayung katak kedua mulai mengeluh lagi: "Saya sungguh lelah sekali, saya benar-benar kehabisan tenaga, susu ini kental sekali dan terlalu licin untuk keluar dari tempat ini".


"Ayo, teruslah berusaha, jangan menyerah" kata katak pertama memberi semangat. "Percuma saja, kita tidak akan pernah keluar hidup-hidup dari tempat ini, kita pasti mati disini keluhnya makin lemah" dan gerakan katak kedua itu makin lama makin lambat dan akhirnya tidak bergerak lagi, mati. Sementara itu katak pertama tidak putus asa, dengan sisa-sisa tenaganya masih berenang dan terus mengayunkan tangan dan kakinya sambil sesekali tetap membuat lompatan terus mencoba melewati ember yang mengurungnya. Saat malam menjelang pagi udara terasa sangat dingin, samar-samar terdengar ayam berkokok dan tanpa disadari kaki-kaki katak itu serasa mendapat pijakan. Katak itu sudah tidak mendayung lagi karena kakinya terasa berdiri diatas setumpuk mentega karena apa yang dilakukannya semalaman. Dan "hop" katak itupun membuat lompatan terakhir untuk keluar dan bebas dari ember yang mengubur temannya.


Saya melihat ia mulai tersenyum saat saya menutup cerita ini. Kemudian ia berujar, ”Saya mengerti maksud cerita ini Pak, tidak ada sesuatu yang bisa berubah jika kita tidak mengubahnya”.


”Hahaha.. Tepat sekali Pak” kemudian saya lanjutkan, ”Perbedaan katak pertama dan katak kedua adalah dari respon yang mereka berikan atas stimulus yang sama. Katak pertama merespon suatu musibah atau keadaan yang tidak mengenakkan bagi dirinya dengan respon yang positif. Optimis dan penuh dengan usaha keras. Sedangkan katak kedua merespon dengan respon yang negatif. Keluhan-keluhan yang melemahkan dan penuh dengan pesimisme. Sungguh sebuah respon itu bukanlah sesuatu yang bersifat otomatis, melainkan sebuah pilihan. Tidak diharuskan kita memilih untuk marah saat menerima sesuatu hal yang mengecewakan. Tidak diharuskan kita untuk memilih sikap mengeluh saat mendapati sesuatu yang tidak mengenakkan. Kita bebas untuk memilih respon apapun yang akan kita ambil, baik itu respon positif maupun respon negatif. Sekarang pertanyaan saya, berapa banyak orang yang mengalami kejadian seperti yang Anda alami..?? Kemudian apakah semua dari mereka merespon sama seperti respon Anda..??”.


Dan ia kembali tersenyum, seiring dengan cerita saya berikutnya tentang kisah seorang guru honorer dengan berbagai trik yang dilakukannya untuk menutupi kecilnya pendapatan, termasuk trik-trik untuk meringankan biaya pelatihan-pelatihan yang ingin diikutinya.

Kamis, 16 Desember 2010

SERI GURU IDOLA 4 - Ice Breaking

Suatu saat dalam sessi training saya ada yang bertanya tentang pentingnya Ice Breaking. ”Pak Catur, apakah setiap mengajar harus selalu dilakukan Ice Breaking?”. Kemudian saya balik bertanya, ”Menurut Anda apakah setiap siswa yang masuk kedalam kelas kita memiliki fokus pikiran dan konsentrasi terhadap hal yang sama dengan yang Anda harapkan?”. ”Sudah pasti tidak, mereka memikirkan apapun yang terjadi sebelum masuk ke kelas kita, entah itu tentang rumahnya, tentang teman-temannya ataupun tentang pelajaran sebelumnya. Dan Ice Breaking membantu kita untuk mengajak para siswa berfokus pada pelajaran yang akan kita sampaikan”.

”Berarti Ice Breaking sebaiknya dilakukan pada awal pelajaran ya Pak?” tanya beliau lagi. ”Ya umumnya seperti itu, tapi sebaiknya dilakukan juga pada tengah dan akhir pelajaran”. Saya tambahkan kembali, ”Ice breaking itu sesuai dengan artinya bertujuan untuk memecah kebekuan komunikasi yang mungkin timbul baik itu karena tidak fokusnya siswa atau hambatan komunikasi lainnya”. ”Pernah Anda bayangkan ? saya memiliki pengalaman tentang hal ini saat saya sekolah dulu. Salah seorang guru masuk ke kelas kami dan memulai pelajaran dengan statementnya yang saya ingat sampai sekarang, ia berkata : Kok saya setiap masuk ke kelas ini bawaannya mau muntah ya.”

”Jelas yang dilakukannya bukan Ice Breaking tetapi Ice Making. Karena sejak itu semua pelajaran yang disampaikan tidak dapat kami terima dengan baik disebabkan ketakutan dan keengganan untuk menyimak pelajaran yang disampaikannya”. Kemudian peserta training saya itu bertanya lagi, “Kapan sebaiknya kita menyisipkan Ice Breaking ditengah pelajaran Pak ? Dan waktunya kira-kira berapa lama ?”

”Pertanyaan yang baik sekali. Disinilah kemampuan kita sebagai seorang guru diuji, bagaimana ia mampu mengetahui kapan waktu yang tepat untuk memulai Ice Breaking dan kapan waktu untuk mengakhirinya. Ada yang dinamakan dengan teknik kalibrasi, yaitu teknik untuk mengamati kondisi psikologis seseorang berdasarkan penampilan dan gerak tubuhnya. Namun biasanya para pengajar menempatkan Ice Breaking dengan melihat indikator dari besar kecilnya antusiasme siswa”. Kemudian saya melengkapi jawaban saya, “Secara umum Ice Breaking di awal pembelajaran bertujuan membangun suasana yang mendukung ke arah fokus pembelajaran. Sedangkan Ice Breaking di tengah-tengah pembelajaran bertujuan sebagai penghapus kejenuhan dan membangkitkan fokus yang mulai luntur. Kemudian Ice Breaking diakhir pembelajaran bertujuan meninggalkan kesan dan penegasan terhadap materi yang baru disampaikan”.

Terakhir beliau menanyakan sebuah pertanyaan yang menarik, “Pak Catur, katanya ada Ice Breaking yang berbentuk permainan sulap, saya minta contohnya donk Pak!”

“Hahaha..” Kemudian saya tanya ke beliau, ”Boleh saya tahu mata pelajaran apa yang Anda ajarkan ?”

”Saya mengajar geografi Pak” jawabnya.
”Ok, ini salah satu contoh permainan sulap untuk memulai pelajaran geografi.”

”Mari kita bermain... Sekarang ikuti instruksi saya !”

( Untuk Anda yang sedang membaca artikel ini, ikuti juga instruksi dibawah ini agar bisa ikut merasakan efeknya )

Sekarang silahkan anda pilih angka antara 1-10. Sudah? Ini akan menjadi angka rahasia Anda.

Sekarang kalikan angka rahasia anda dengan 2. Sudah ?

Kemudian hasil perkalian tadi tambahkan dengan 8, lakukan sekarang. Sudah?

Sekarang hasil tersebut anda bagi 2.

Oke saya beri waktu anda menghitungnya.

Anda masih ingat angka rahasia anda diawal tadi?
Sekarang kurangkan hasil perhitungan kita tadi dengan angka rahasia anda!

Bila sudah kini anda ubah hasil pengurangan tersebut ke dalam abjad, misalnya bila hasilnya 1 maka jadi A, bila hasilnya 2 jadi B, 3 jadi C, 4 jadi D, 5 jadi E... dan seterusnya.

Anda paham?

Kini anda telah memiliki huruf abjad rahasia yang orang lain tidak mengetahuinya, termasuk saya. Dan saya ingin anda memikirkan nama salah satu negara di dunia dengan menggunakan huruf abjad rahasia anda. Jadikan huruf abjad tersebut sebagai huruf awal nama suatu negara.

Sudah ?

Bila sudah saya ingin anda pikirkan nama hewan, tapi tunggu dulu..
Pilih nama hewan tersebut menggunakan huruf kedua dari nama negara yang anda pilih. Begini, misalnya nama negara yang saya pilih INdonesia, nah huruf keduanya adalah N maka hewan yang saya pilih adalah NURI (nuri adalah hewan dari jenis burung).

Oke apakah anda sudah mendapatkan nama hewan yang sesuai dengan huruf kedua dari nama negara yang anda pilih?

Berarti sekarang Anda punya 1 nama negara dan 1 nama hewan ? Tuliskan diatas kertas dan simpan didalam saku. Saya akan coba membaca gelombang fikiran Anda.

Ok, saya telah berhasil membaca gelombang fikiran Anda...

Kemudian saya tuliskan di papan tulis : ”Di negara DENMARK memang banyak terdapat burung ELANG, tapi mungkin tidak ada ENTOK disana..”

Kemudian saya memintanya untuk menunjukkan kepada peserta lain nama negara dan hewan yang tadi ditulisnya. Suasana hening sejenak, semua peserta diam dan bertanya-tanya, hingga sepuluh detik kemudian baru terdengar tepuk tangan mereka.

Begitulah Ice Breaking, selalu membuat peserta tertarik untuk mendengarkan apa yang kita bicarakan. Namun yang perlu diingat adalah bahwa kegembiraan yang ditimbulkan dalam Ice Breaking tidak boleh hanya membuat suasana jadi riuh dan menimbulkan kesenangan yang hanya bersifat hura-hura, atau kemeriahan yang tak berarti apa-apa. Kegembiraan dalam Ice Breaking harus berarti bangkitnya minat, adanya keterlibatan penuh, dan terciptanya makna pemahaman, dan nilai-nilai yang bermanfaat pada diri para siswa.

NB : Thanx to Mas Bobby for this Magic Trick

SERI GURU IDOLA 3 - Problem Solver

“Ahh.. hari ini dia berkelahi lagi.. ini sudah kali kelima aku mendapati kejadian ini..” Bu Wahyuni bergumam sambil menitikkan air mata. Sekian banyak siswa yang menjadi anak didiknya, baru kali ini ada yg membuatnya berkali-kali menitikkan air mata. Dani Susanto, murid kelas 8 yang memiliki temperamen sangat labil. Bukan hanya teman-temannya yang pernah menjadi mitra tandingnya dalam berkelahi. Seorang guru pria bahkan pernah ditantangnya untuk berkelahi dan beberapa guru wanita pernah dibentaknya, termasuk Bu Wahyuni sebagai wali kelasnya. Beberapa guru telah merekomendasikan Dani untuk di berhentikan dari sekolah. Bu Wahyuni telah beberapa kali dipanggil kepala sekolah terkait hal ini. Ia pun sebenarnya belum memiliki solusi untuk menyelesaikan masalah ini, tapi nalurinya mengatakan Dani adalah anak yang baik dan cerdas. Walaupun hatinya pernah disakiti, tapi ia tahu kehadiran Dani dalam kehidupannya adalah anugerah Allah untuk menguji kesabaran dan kegigihannya sebagai seorang guru.


Bu Wahyuni membaca-baca data personal record milik Dani. Kelas 7 ia sudah menjadi temperamen, beberapa catatan tentang kenakalannya jelas tercatat disitu. Memukul kakak kelas dalam perkelahian di kantin pada bulan pertama masuk SMP. Menantang berkelahi guru fisika pada bulan ke 3 karena ia dihukum akibat tidak mengerjakan tugas. Terakhir sebelum kenaikan kelas ia juga kedapatan berkelahi dengan siswa sekolah lain. Secara akademis personal record Dani juga tidak terlalu bagus, ia masuk ke SMP dengan nilai sangat terbatas. Bu Wahyuni mencoba mencari data personal record Dani saat di SD, namun tidak ada dalam arsip sekolahnya. Sebagai seorang wali kelas, Bu Wahyuni pernah berbicara pada Dani tentang kenakalannya, tapi tidak ada perubahan yang berarti dalam diri Dani. Ini yang membuat Bu Wahyuni sempat berputus asa, walaupun ia masih berkeyakinan bahwa Dani adalah anak yang cerdas. Dalam kegundahannya, Bu Wahyuni menyerahkan sepenuhnya kepada yang Maha Mengetahui atas segala yang terjadi di alam ini. Ada sebait doa yang selalu ia lantunkan dalam doa-doa malamnya. “Ya Allah jika ia memang dihadirkan dalam kehidupanku untuk kubantu menyelesaikan permasalahannya, maka tunjukilah jalannya dan mudahkanlah penyelesaiannya”.


Allah menjawab doa Bu Wahyuni. Adalah Diana, seorang tetangga Dani yang juga bersekolah di sekolah itu. Ia bercerita panjang lebar tentang kehidupan masa kecil Dani. “Dani dulunya adalah bintang kelas Bu, dari kelas 1 sampai kelas 5 SD ia selalu menjadi juara kelas. Ia juga anak yang baik dan disukai teman-temannya, hingga musibah itu datang menimpanya. Hari itu adalah hari ulang tahunnya. Ia selalu bahagia bila hari ulang tahunnya diingat oleh orang-orang terdekatnya, terutama keluarganya. Hari itu juga seluruh kelas telah berencana akan memperingati hari ulang tahun Dani di sekolah. Acara sederhana berupa pembacaan doa dan makan bersama telah disiapkan oleh orang tua Dani. Semua teman-teman telah siap menunggu di sekolah. Tapi Allah berkehendak lain. Mobil yang dikendarai Mama Dani mengalami kecelakaan. Mama Dani meninggal dunia di lokasi kejadian dan hari itu berubah menjadi penuh duka, bukan hanya bagi keluarga Dani, tapi juga bagi kami teman-teman sekelasnya”. Bu Wahyuni hampir tak kuasa menahan air matanya, ia mencoba bertahan, “Kemudian bagaimana dengan Dani setelah kejadian itu?”. Diana kembali melanjutkan ceritanya, “Dani menjadi berubah Bu, menjadi pemarah, ia merasa sangat bersalah atas kejadian itu. Hari-harinya kemudian dipenuhi dengan perkelahian dengan siapapun yang ia inginkan. Nilai-nilai pelajarannya menjadi sangat rendah. Ia tidak peduli sama sekali dengan sekolahnya. Ia seperti kehilangan semangat hidup”. Bu Wahyuni menarik nafas panjang, ia mulai memahami apa yang harus ia lakukan setelah ini.


Kini Dani adalah murid yang benar-benar istimewa bagi Bu Wahyuni. Saat berbicara dengan Dani tidak ada lagi nasehat-nasehat yang diberikan Bu Wahyuni. Ia hanya mendengarkan apapun yang Dani bicarakan. Semua pendekatan yang selama ini dilakukan Bu Wahyuni berubah total. Dani membutuhkan sosok Ibu dalam kehidupannya, dan itulah yang dilakukan oleh Bu Wahyuni, menjadi ”Ibu” bagi setiap kegundahannya. Perlahan Dani mulai bisa mengendalikan dirinya. Ia mulai mau memperhatikan kembali semua pelajaran-pelajaran sekolahnya. Bu Wahyuni bahkan mendampingi Dani saat harus kembali kehilangan orang tuanya, saat ayahnya meninggal dunia karena penyakit jantung yang dideritanya. Dengan sabar ia perhatikan perkembangan Dani, hingga Dani lulus SMP dan menjadi lulusan dengan nilai terbaik. Kemudian Dani melanjutkan sekolahnya diluar kota, karena ia harus ikut tinggal bersama kakeknya disana.


Hari ini setelah 20 tahun tidak pernah berjumpa, Bu Wahyuni kembali menitikkan air matanya untuk Dani. Air mata yang menetes diatas selembar surat yang sedang dipegangnya. Dibalik kacamata tebalnya, ia masih bisa membaca beberapa kata-kata yang ukurannya agak besar di sampul suratnya. INVITATION. GRADUATION DAY. DOCTORAL PROGRAM. HARVARD UNIVERSITY. MRS. WAHYUNI. DANI SUSANTO’S MOTHER. Dan ada sebuah catatan kecil berupa tulisan tangan yang dibuat agak besar. “Bu Wahyuni, dengan segenap rasa hormat dan sayangku, ijinkan aku menyampaikan satu permohonan, bersediakah Ibu menggantikan orang tuaku untuk menghadiri perayaan hari kelulusanku ?”


Menjadi seorang guru adalah pekerjaan mulia, ia hadir bukan hanya untuk mengajar apalagi hanya mengejar kurikulum. Melainkan hadir untuk menjadi solusi bagi permasalahan orang-orang disekitarnya, terutama permasalahan anak-anak didiknya.